Siang itu begitu
panas, paman Matahari memancarkan sinarnya yang terang ke penjuru bumi. Namun Peri
Angin tak mau kalah, dengan sigap ia menari-nari, menggoyangkan dahan pohon,
menerbangkan dedaunan, dan menghembuskan angin segar yang menyejukan. Namun
sejuknya hembusan Peri Angin, sepertinya tak mampu menyejukan hati Molly,
lihatlah dia sedang berjalan dengan wajah memerah sambil menendang sebuah
kaleng kosong yang tidak bersalah. Uh, kasihan sekali kaleng itu? Kira-kira, ada apa
ya dengan Molly? Rupanya Peri Angin pun menjadi penasaran, dengan segera ia
bergerak menuju Molly dan menyapanya.
“Hai Molly..”
“Oh, hai Peri Angin”
“Apa kabarmu? Kau
terlihat tidak baik? Ada apa?”
“Ah, tidak ada
apa-apa, aku baik-baik saja koq”
“Kaleng itu tidak
bisa membohongi ku Molly, lihat dia sudah merana sekali karena jadi korban
tendangan mu yang bertubi-tubi, ayolah aku kan sahabat mu, jadi ceritakan apa
saja masalahmu, siapa tahu aku bisa membantu”
Molly hanya diam,
dia tidak menjawab sedikit pun pertanyaan sang peri. Dia terus berjalan, namun
tidak lagi menendang kaleng kosong itu. Peri Angin pun mengikuti tanpa banyak bertanya
lagi, sepertinya Peri Angin juga takut jadi korban si Molly. Tak lama kemudian
mereka sampai di Taman Wahana, Molly kemudian duduk pada sebuah kursi dibawah
pohon Ara yang besar, sinar paman Matahari pun tertutupi oleh pohon itu. Wajah
Molly kini tak semerah tadi, ia terlihat lebih tenang.
“Peri Angin, apa kau
masih disini?” tanya Molly
“Iya Molly, ada apa?”
jawab sang peri sambil meniupkan angin segar pada kulit Molly.
“Ehmm... boleh aku
bertanya pada mu?”
“Katakan saja”
“Peri, kau kan sudah
ada sejak lama, apa kau pernah melihat proses kelahiranku?”
“Hah? Memangnya
kenapa?”
“Aku merasa, aku
bukan anak ayah dan ibu”
“Waduh Molly, kenapa
kau bisa berfikir seperti itu? Kau bertengkar dengan ibu mu?”
Molly menganggukan
kepalanya.“Bunda hanya memperhatikan adik bayi, ia tidak memperdulikan aku
lagi. Dirumah aku tidak boleh menyalakan TV dengan suara keras, padahal bila
adik bayi menangis lebih berisik dari suara TV, tapi Bunda tidak
mempermasalahkannya. Selain itu, Bunda juga tidak mau lagi mengajak ku bermain,
padahal tadi aku hanya ingin ditemani untuk belajar mewarnai, tapi Bunda lebih
sibuk bermain dengan adik bayi. Ayah juga, biasanya sepulang kerja ayah akan
memelukku, dan membawa kue-kue yang enak untuk diriku. Tapi sekarang? Pulang kerja ia langsung memeluk adik bayi.
Huhuhuhuuu.... aku kesal peri, sepertinya aku tidak dibutuhkan oleh mereka
lagi”
Tangis Molly
meledak, mukanya kembali memerah. Dari jauh terlihat Paman Matahari turut mendengarkan cerita Molly. Ia kemudian mengedipkan
matanya pada Peri Angin.
“ Peri Angin, mau
kah kau membantu ku?” tanya Molly sambil terisak
“Apapun sayang,
selagi aku mampu” jawab Peri Angin.
“Tolong bawa aku
bersama mu peri, aku ingin menjadi seperti mu. Hidup bebas, bisa kemana saja tanpa ada
yang memarahi”
Peri Angin terkejut,
“Apa kau tidak salah Molly? Bagaimana dengan Ayah dan Ibu mu?” tanya sang peri.
“Biarkan saja, toh
mereka tidak memperdulikan ku lagi” ucap Molly bersikeras.
Peri Angin melihat
kearah Paman Matahari. Seolah mendapat ide, Peri Angin lalu berkata kepada
Molly.
“Baiklah Molly, tapi
bila kau ingin ikut dengan ku, kau tak boleh mengeluh. Kau harus melakukan apa
yang aku lakukan. Kalau kau mengeluh aku akan langsung mengantarmu pulang dan kau tak boleh lagi ikut dengan ku” Peri Angin berkata tegas.
“ Tenang saja, aku
tidak akan mengeluh, aku juga tidak akan menyusahkan mu peri”
“Baiklah kalau itu
memang mau mu”
Perlahan Peri Angin
mulai meniup tubuh Molly, sedikit demi sedikit tubuh Molly terangkat dari
permukaan tanah. Wah, sekarang ia sudah berada dilangit. Molly terbang kesegala penjuru bersama Peri Angin. Ia
terlihat sangat senang sekali.
“ Kita hendak kemana
sekarang peri?”
“Menuju lautan, kita
akan menolong Bibi Bulan untuk mengarahkan laut dan ombak”
“Wah senang sekali,
aku akan membantu mu Peri”
Mereka lalu menuju
laut Si Air Asin. Disana Peri Angin meniupkan angin yang sedikit kencang,
menimbulkan ombak dan membuat arus laut menuju pantai. Molly juga ikut meniup,
tapi olala... tiupannya tidak sekencang Peri Angin, ombak kecil saja tidak bisa
dihasilkannya, yang ada tubuhnya malah basah terkena cipratan ombak. Tapi Molly
terlihat senang.
Di kejauhan,
terlihat sebuah perahu nelayan, disana nampak seorang anak berusia mungkin 12 tahunan,
yang sedang duduk diatas perahu bersama ayahnya. Mereka tampak sabar menunggu
kail pancing yang dilempar sang ayah dimakan oleh ikan. Molly melihat hal tersebut dengan tatapan
heran.
“Wah, lihat peri!
Kakak itu berani sekali, dia tidak takut berada dilautan yang luas seperti ini.
Dan sepertinya ia terlihat begitu bahagia” seru Molly.
“Kau tahu Molly
kenapa dia tidak merasa takut? Karena disitu ada ayahnya. Iya percaya ayahnya
dapat melindungi dia dari apapun”
“Wah, senang sekali,
andai ayahku juga seperti itu” Molly menjadi sedikit murung.
“Ayah mu juga
seperti itu Molly, dia akan selalu melindungi mu”
“Tidak, ayah mungkin
hanya akan melindungi adik bayi”
“Kau salah, dengar
Molly tidak ada orang tua didunia ini yang tidak menyayangi anaknya, mereka
akan selalu berusaha untuk menjaga dan melindungi anak-anak mereka”
“Tapi ayah dan bunda
tidak lagi memperhatikanku, mungkin aku
bukan anak mereka”
“Hahahahaha....” Peri
Angin tertawa,
“Kenapa kau tertawa
peri?”
“Aku baru tahu tahu
ternyata kau pelit sekali Molly”
“Pelit? apa
hubungannya dengan masalah ku?”
“Kau tahu? Dulu kau
diperlakukan sama seperti adik bayi mu sekarang ini, dipeluk, dimanja, disuapi,
digendong, dan sebagainya”
“Benarkah begitu?”
“Hei, aku sudah ada
sejak kau belum lahir, jadi aku tahu. Seharusnya kau bersyukur, karena dulu
kamu lebih beruntung”
“Kenapa?”
“Iya karena waktu
kau terlahir, kamu yang pertama mendapat semua yang terbaik dari ayah dan
ibumu, kau juga masih bisa merasakan kasih sayang nenek dan kakekmu? Masa’ kau tidak mau membagi sedikit saja
pengalaman itu kepada adik mu?”
Molly terdiam.
“Selain itu, coba
kau lihat kakak yang ada diperahu tadi, ia memiliki 5 saudara, tapi ia tidak
pernah mengeluh , walau demi adik-adiknya dia tidak bisa bersekolah dan harus
membantu ayahnya di laut, ia tidak pernah marah”
Peri Angin
menambahkan, “ Apa kau tidak malu Molly? Dia yang harus berbagi dengan 4
adiknya pun bisa terlihat bahagia, kamu hanya harus berbagi dengan seorang adik
yang masih bayi pula masak harus marah-marah. Itu namanya pelit sekali bukan?”
“Kau benar Peri,”
Molly menundukan kepalanya.
Tiba- tiba diujung
lautan terlihat gulungan awan hitam menggumpal, wah ternyata itu si Beliung nakal, sepertinya ia ingin mengusili perahu nelayan tadi. Dengan
sigap Peri Angin dan Molly menghampiri Si Beliung, Peri Angin meniup udara
dengan sangat kencang untuk mendorong si Beliung agar tidak menghampiri perahu
nelayan. Namun tiupan sang peri ternyata terlalu kencang, walhasil teman kita
Molly ikut terdorong menuju si Beliung. Tubuh Molly berputar-putar dengan
kencang, ia sangat takut dan akhirnya menangis dengan keras.
“Toloooongg.....
Peri Angiiinnn Toloong aku!!!” teriak Molly
“Tunggu, aku akan
segera membantu mu!”
Peri Angin kemudian
menarik tubuh Molly dari si Beliung. Beliung yang ketakutan melihat Peri Angin
segera lari menjauhi kapal nelayan. Sedangkan paman Matahari yang sedari tadi
mengawasi terlihat lega, saat Molly telah selamat bersama Peri Angin.
“Huhuhuhuuuuuu....
Ayah Bunda maafkan Molly, Vitchi maafkan Molly” Molly menangis dengan keras.
“Tenang... kamu
sudah aman Molly. Tak usah menangis lagi” bujuk sang Peri Angin.
“Peri antarkan Molly
pulang, Molly mau pulang...”
“Baiklah, aku akan
segera mengantar mu”
Paman Matahari
mengedipkan matanya pada Peri Angin, dan dibalas dengan senyuman oleh sang
peri. Dalam sekejap mereka telah sampai didepan rumah Molly.
“Terimakasih Peri
Angin”
“Sama-sama Molly,
ingat kau tak boleh lagi marah kepada orang tua mu
ya”
“Siiipppp, tenang
saja akui akan selalu menyayangi mereka” Ucap Molly sambil mengangkat jempolnya.
Dengan segera Molly
berlari kedalam rumahnya. Ia memeluk ibunya yang sedari tadi cemas menanti
Molly. Mulai saat itu, Molly berjanji untuk selalu menyayangi orang tuanya, dan
akan selalu berbagi dan tidak iri lagi dengan Mimo adiknya. Sementara itu,
sang Peri Angin kembali berkelana. Kira-kira, siapa lagi ya yang bakal dibantu
oleh Peri Angin?
-THE END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Don't be silent reader please.. ^^